Beranda » Articles » ๐Š๐จ๐ฅ๐š๐›๐จ๐ซ๐š๐ฌ๐ข ๐’๐ญ๐ซ๐š๐ญ๐ž๐ ๐ข๐ฌ ๐ฎ๐ง๐ญ๐ฎ๐ค ๐ˆ๐ง๐จ๐ฏ๐š๐ฌ๐ข ๐€๐ฅ๐š๐ญ ๐๐ž๐ซ๐ญ๐š๐ง๐ข๐š๐ง ๐๐š๐ง ๐๐ž๐ซ๐ข๐ค๐š๐ง๐š๐ง

๐Š๐จ๐ฅ๐š๐›๐จ๐ซ๐š๐ฌ๐ข ๐’๐ญ๐ซ๐š๐ญ๐ž๐ ๐ข๐ฌ ๐ฎ๐ง๐ญ๐ฎ๐ค ๐ˆ๐ง๐จ๐ฏ๐š๐ฌ๐ข ๐€๐ฅ๐š๐ญ ๐๐ž๐ซ๐ญ๐š๐ง๐ข๐š๐ง ๐๐š๐ง ๐๐ž๐ซ๐ข๐ค๐š๐ง๐š๐ง

weekly meetingCilacap, 19 Desember 2024 โ€” Upaya pengembangan alat pertanian berbasis teknologi terus menunjukkan progres signifikan. Dalam pertemuan koordinasi yang dilaksanakan pada 19 Desember 2024, tim riset bersama mitra pengembang membahas serangkaian langkah strategis untuk membawa proyek ini menuju tahapan implementasi yang lebih konkret. Pertemuan ini menandai komitmen bersama dalam mempercepat proses perancangan, pengujian, hingga komersialisasi produk inovatif yang tengah dikembangkan.

Langkah awal dimulai dari penyusunan Detailed Engineering Design (DED), yang akan segera diproses setelah pendanaan dari LPDP dicairkan. Proses ini melibatkan tim riset internal, Politeknik ATMI, serta mitra teknis dari SARVA. Guna memperkuat substansi teknis dalam sektor pertanian dan perikanan, tim juga berencana menggandeng ahli yang berdomisili di wilayah Jawa, sehingga koordinasi dapat berjalan lebih efisien. Namun, seluruh proses ini masih memerlukan pembahasan lanjutan untuk memastikan kesiapan teknis dan administratif dari seluruh pihak.

Setelah DED disetujui oleh mitra, proses pembuatan purwarupa akan dimulai. Pengerjaan purwarupa ini akan melibatkan pihak sekolah kejuruan, mitra SARVA, serta tim internal pengembang.Sekolah yang telah dipertimbangkan sebagai mitra pelaksana adalah SMK Negeri 2 Cilacap . Ketua tim riset akan menjalin komunikasi lebih lanjut dengan pihak sekolah untuk merumuskan skema kerja sama yang saling menguntungkan. Sama seperti tahap sebelumnya, pembahasan lebih dalam masih diperlukan untuk merapikan seluruh rencana teknis dan pelaksanaan. Dalam rangka memastikan produk yang dikembangkan benar-benar siap diproduksi secara masal, tim juga mulai mempelajari standar Manufacturing Readiness Level (MRL) pada level 8 hingga 9. Tahap ini menuntut adanya metode validasi yang kuat dan teruji agar produk memenuhi standar manufaktur. Oleh karena itu, tim juga tengah mencari tenaga ahli yang memiliki sertifikasi kompetensi resmi dan pengalaman di bidang validasi produksi berskala industri. Langkah ini bertujuan agar hasil inovasi tidak hanya fungsional di ruang laboratorium, tetapi juga layak diproduksi dan dipasarkan secara luas. Selain aspek teknis, strategi komersialisasi juga menjadi bagian penting dalam proyek ini. Tim telah merancang penyusunan dokumen rencana bisnis yang mencakup tujuan produk, strategi pemasaran, analisis keuangan, serta langkah operasional dalam peluncuran produk ke pasar. Penyusunan dokumen ini turut melibatkan Dosen dari program ALKS, sebagai bentuk integrasi antara riset dan pengembangan kewirausahaan di lingkungan kampus. Untuk mendukung pemahaman menyeluruh terkait model bisnis, akan diadakan pelatihan Business Model Canvas (BMC) yang difasilitasi oleh narasumber ahli.

Guna memperkenalkan hasil riset kepada masyarakat luas, tim juga merencanakan sosialisasi bersama dinas-dinas terkait seperti Dinas Pertanian, serta instansi pemerintah lainnya. Sosialisasi ini diharapkan dapat menjadi jembatan antara inovasi kampus dengan kebutuhan masyarakat di lapangan. Tak kalah penting, akan disusun pula laporan analisis dampak yang mengevaluasi kondisi sebelum dan sesudah penggunaan alat, sebagai bukti konkret manfaat dari produk inovasi tersebut. Sebagai bagian dari skema pendanaan LPDP, para reviewer biasanya menaruh perhatian besar pada kejelasan alur pengembangan dan pencapaian luaran. Oleh karena itu, tim riset berkomitmen untuk menyusun seluruh proses secara runtut, komprehensif, dan mudah dipahami. Hal ini tidak hanya bertujuan untuk memenuhi standar penilaian, tetapi juga sebagai bentuk tanggung jawab akademik dalam mengelola dana riset yang diberikan.

Terakhir, seluruh bentuk kerja sama dengan mitraโ€”baik dari sektor industri, pendidikan (SMK), maupun pengguna alatโ€”harus diklarifikasi sejak awal. Kejelasan dalam kolaborasi menjadi kunci utama agar setiap pihak memahami peran dan kontribusi masing-masing sepanjang proyek berlangsung.

Melalui serangkaian tahapan ini, proyek pengembangan alat pertanian dan perikanan tidak hanya menjadi wujud dari inovasi teknologi, tetapi juga bukti nyata bahwa kolaborasi lintas sektor dapat menghasilkan solusi berdampak luas bagi masyarakat. Harapannya, produk yang tengah dikembangkan ini dapat segera digunakan dan memberi manfaat langsung di sektor pertanian dan perikanan nasional.

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

expand_less